Iseng-iseng selepas sholat shubuh pagi tadi saya melihat-lihat status dari teman-teman di efbe. Ada puisi rindu dari Raden Mas Maskun yang cukup menggelitik saya. Setelah saya komen belakangan baru tahu ternyata itu adalah puisi Raden Mas Maskun lebih dari setahun yang lalu. Baru tahu ,ternyata beliau ini seorang Pujangga yang tidak kalah dengan mumpuni jika dibanding dengan kakak Arya Kamandanu, ya si Arya Dwipangga itu. Kemudian perhatian saya akhirnya berhenti di catatan tentang gempa jogja tahun 2006 lalu, karena cukup heroik dan juga bisa menjadi cara kita untuk mengenang episode kehidupan di tahun itu, maka saya minta ijin untuk meng-kopas-nya di blog kita ini. Selamat menikmati.
5.57
Lindu..lindu..lindu.... lalu suara berdentum berulang kali. Dengan segera aku melompat meski nyawa belum sempurna karena tidurku yang nyenyak. Belum sampai kakiku menapak tiba-tiba lemari di kamar roboh di depanku. Aku lompati ,dan brak aku menabrak tembok. Pintu bergeser? tidak .Kesadaranku mulai timbul ini gempa. Sambil merangkak aku keluar rumah. Rupanya aku orang terakhir yang keluar rumah. Bapak, ibu, anak, istriku lengkap sudah di halaman belakang. Kami saling berpandangan dan secara tak sadar menengok ke utara, merapi meletus? Wedhus gembel datang? Ternyata tidak ini gempa, benar-benar gempa tektonik bukan gempa vulkanik. Merapi dengan gagahnya masih berdiri di utara dan langit begitu langit cerah. Tanpa awan, tanpa awan panas si wedhus gembel.
Tiba-tiba istriku berkata " mas kamu keliling lihat keadaan . Dengan gempa yang merobohkan semua pagar ini aku yakin yang cedera banyak sekali". Nada suara ini bukan lagi nada istriku yang kukenal meski suara itu suara istriku. Dia telah menjelma sebagai dokter, ini perintah. Ya.. yang berbicara ini adalah dokter, instruktur gawat darurat. Aku baru sadar memang istriku seorang dokter. " Keliling de..? untuk apa?" istriku tak menjawab, dia malah berkata.." cari pak RT atau siapa saja ,ambil motormu boncengkan dia dan kamu bawa seluruh obat yang ada di ruang praktek". " buat apa de?" istriku menjawab ," bawa kesini mas.. semuanya dan aku berharap aku tidak menggunakannya"
Belum sempat aku berangkat tiba-tiba pak Rt datang. " Bu dokter ada mas?" kujawab "ada apa pak?" dia menjawab singkat, "ada yang mati". Pagi itu menjadi pagi yang sibuk buatku dan seluruh orang di Bantul, di Jogja atau mungkin di Indonesia beberapa jam kemudian. Dan pagi itu tanpa ada SK aku sudah diangkat menjadi juru rawat oleh istriku. Pasien pertama adalah kang pardi dengkul sobek 10 cm. tugasku? membungkus sendok dengan sapu tangan. tahu kalian untuk apa? untuk digigit kang pardi. Digigit? ya karena ketika istriku menjahit dengkul kang pardi, tidak ada obat bius jadi dia harus menggigit sendok itu supaya ketika kesakitan dia tidak menggigit lidahnya.
Dan tak sampai satu jam sudah berpuluh orang antri karena luka. istriku hanya memberi perintah bersihkan lukanya. kujawab .."Alkohol sudah habis de.. sudah 5 botol habis semua" dengan air aqua saja mas.. harus aqua. Dan kalian tahu benang untuk menjahit kudapat darimana? dari pensiunan tukang sunat yg sudah daluarsa 2 tahun. Maka sebelum digunakan benang itu direndam dengan betadine. Modar nek malapraktek piye jeng..?setiap habis membersihkan aku lapor mbah parjo kepala sobek, lek paijo, kang timan, kang slamet, mas bambang..bla..bla..bla... pusing aku.
Hari itu aku mendengar ucapan seorang guru SD namanya pak Dar, " Alhamdulillah mas kun gempanya jam 05.57 coba setengah jam kemudian saya tidak akan punya murid lagi" Allohuakbar.. begitu besarnya rasa syukurmu pak dan imanmu terhadap takdir Alloh. dan hari itu aku mendengar yang banyak mati adalah ibu-ibu dan anak-anak. Ibu-ibu karena tertimpa beton di dapur ketika menyiapkan sarapan buat anaknya yang hendak sekolah dan anak-anak karena akan sarapan. Tapi yang mati tidak akan sebanyak jika gempa itu terjadi setengah jam kemudian karena hampir semua sekolah roboh.
Tapi hari itu aku bersaksi begitu banyak orang baik. Apotik langganan istriku menyerahkan berkardus kadus obat gratis. Ibu-ibu membuat nasi bungkus. Orang-orang dari magelang, temanggung dan entah darimana datang dengan truk terbuka membawa peralatan membantu membersihkan puing-puing tanpa dibayar,dan membawa beras untuk makan dirinya sendiri, karena tak mau merepoti orang yang sudah susah. Teman-teman DJP yang datang bermobil mobil membawa bantuan. Teman dari Malang Mas Anthon,Mas Agung,Mbak Ratri,Mas Heru, Mas Erwin, Mas Anung hanya dengan sms bersedia memenuhi kebutuhan kami.
Teman dari Pasuruan dibawah komando mas Agus hernowo yang dengan senang hati menyerahkan selimutnya meskipun istananya luluh lantak dan lebih memerlukan daripada tempatku, Mas Solichin yang membantu akses ke kanwi Jogja. Dimana aparat pemerintah..? Entahlah . Yang jelas sekarang mereka masih berani berkata "Lebih cepat lebih baik" dan "Lanjutkan" hehehehehe rakyat gak akan lupa bosss..
Demi Alloh kami berhutang budi pada kalian orang-orang baik, hanya Alloh yang bisa membalas amal kalian.Satu hal yang tidak pernah kulupakan , aku menyuapi istriku dibawah pohon dan dia dengan tenangnya menjahit jidat. hehehehe.05.57 WIB tanggal 27 Mei tiga tahun yang lalu Alloh memberikan pelajaran,kekuatan, bahkan kematian yang indah karena gempa Bantul. Syahidlah kalian yang meninggal karena bencana. Ambil hikmah bagi kami yang masih diberi nafas agar kami bertobat dan bertambah iman.Sebenarnya masih panjang yang akan aku tulis, banyak juga hal yang lucu. mungkin besok pagi kutuliskan itu ..jika sempat hehehe. Salam-KC. (27/05/09-00.15)
Sempet mesem pas baca di baris kalimat ini :
BalasHapus"Nada suara ini bukan lagi nada istriku yang kukenal meski suara itu suara istriku. Dia telah menjelma sebagai dokter, ini perintah. Ya.. yang berbicara ini adalah dokter, instruktur gawat darurat."
luar biasa...
BalasHapusBener-bener luar biasa
BalasHapus