Seorang teman yang ada di jepang mengirim pesan kepada saya, "mas tulisanmu marai mbrebes mili" hehehe. Bagi yang bukan orang jawa maaf tidak saya indonesia-kan karena nuansa mbrebes mili susah didapat jika di indonesiakan, dan saya berjanji untuk melanjutkan tulisan tentang gempa (lihat catatan 05.57) maka saya penuhi menulis yang agak lucu. Jika bisa... Mungkin jika yang menceritakan ini tidak mengalami sendiri maka hal ini mungkin kurang elok atau kurang etis untuk menceritakan. Tapi kalau mengalami sendiri sah-sah saja kan? maka saya memberi judul Guyon Kelam karena sebenarnya memang tidak layak untuk di'guyon'kan. Mohon ijin...
Tsunami abal-abal
Jadi sewaktu saya menjalankan perintah pertama saya setelah diangkat menjadi juru rawat oleh istriku sendiri maka segeralah saya berboncengan dengan pak RT menuju tempat praktek istriku untuk mengambil obat. Arah tempat praktek istriku ada di bagian selatan rumah sekitar kurang dari 1 KM. Jogja adalah kota yang diapit laut di selatan dan gunung merapi di utara. Dalam perjalanan tiba-tiba terlihat begitu banyak orang naik motor sambil berteriak-teriak "..tsunami.. tsunami.. tsunami.." sambil memelankan motor sayapun bertanya., "tsunaminya dimana mas?'" dijawab, " sudah sampe tugu lancip mas.." tugu lancip? tugu lancip itu terletak 5 km arah utara tempatku.
Jadi kalo bener ya sudah almarhumlah semua orang-orang bermotor itu. hehehehe.... Berhenti sampai disini masalah tsunami? belum mas/mbak/pakde/paklik... setelah selesai dengan susah payah mengambil obat maka pulanglah kami berdua. Di tengah perjalanan ketika kami melewati jalan di tengah mbulak (halah mbulak ki bhs indionesiane opo mas benu?) yang dikiri kanannya ada pohon besar tiba-tiba terdengarlah suara "tolong.. tolong.." dengan segera kuhentikan motorku. Kucari dimana suara itu, adakah orang tertindih bangunan? tapi jelas tak ada bangunan di sini. Tiba-tiba... klotak helmku tertimpa sesuatu. .. GIGI PALSU!!! modar untune sopo iki?
Maka kutengoklah ke atas. Lha dalah anak cecak jenenge sawiyah, diatas pohon ternyata ada seorang kakek lagi nangkring di pohon flamboyan... maka saya tanya beliau-nya. "Mbah ada apa disitu?" dia pun menjawab "wowo nunani..", apa mbah? " "wowo nunani.." jawabnya lagi. Ku ganti pertanyaanku lebih fokus "ada yu nani?" ngapain simbah ini ngintip yu nani pikirku. Lalu pak RT dengan sigap memanjat pohon flamboyan itu. Kulihat dari bawah betapa susahnya mereka berdua turun dari pohon.
Setelah turun dengan segera simbah itu mengambil giginya dan memasang. Lalu dengan jelas kami mendengat sabdanya, " ADA TSUNAMI" oalah... untu palsu..untu palsu. "Ada tsunami dimana mbah?" kami pun menanyakannya. Singkat cerita ketika ada isyu tsunami dia langsung digendong cucunya yang paling besar untuk mengungsi. Tapi karena cucunya sudah tidak kuat maka simbah ini diungsikan yang menurut perkiraan cucunya akan selamat. Yaitu di atas pohon Flamboyan.. Oalah ini cucu yang sayang kakeknya apa kurang ajar? Hehehehe.
Sukarelawan yang Suka-suka sendiri
Cerita ini adalah ketika saya menolong tetangga yang luka kakinya. Singkat cerita berdasarkan keterangan dokter, ini patah tulang atau entahlah keseleo atau retak saya sudah lupa lha wong tiga tahun yang lalu. Maka meluncurlah perintah dokter tersebut, " mas cari papan.. dua" halah koq perintah aneh-aneh.. tapi doktere ayu je dab. Maka segeralah saya dan sukarelawan lainnya mencari papan eh ternyata dua rumah disamping saya lagi ngecor ketemulah dua papan tersebu. Tuhan selalu memberi jalan umatnya yang berniat baik. " Siap bu dokter, papan tersedia dua, lebar 20cm. ok...?" dokternya tersenyum... waduh... semangaaatttttt.
Maka bu dokter pun bersabda. “Pada hitungan tiga saya akan tarik kakinya dan kalian bebarengan segera tempelkan papan kiri-kanan..mengerti?' "SIAPPPP" jawab kami serempak. Ok satu.. dua... tiga... Klep.. dan ..."WADOOOWWWW...." berteriaklah sang pasien. Dengan paniknya bu dokter berteriak..." lepas papannya!!!". Dengan segera kami lepas papan itu dan bu dokter dengan seksama memeriksa kaki pasien. " harusnya gak papa" kata bu dokter. Tiba-tiba ada darah mengalir, lho koq bolong..? lha dalah, ternyata papan tersebut ada pakunya karena bekas buat ngecor... maka peribahasa yang benar adalah sudah jatuh tertimpa bangunan tertusuk paku pula..
Kaya Mendadak
Ini sebenarnya gak lucu tapi ya kalau orang sabar pasti tersenyumlah. Ketika beberapa hari setelah gempa, kegiatan kami di malam hari adalah ronda malam karena adanya isu penjarahan sambil saling menguatkan hati. Dan yang penting, hati kami ayem karena pak SBY-JK berjanji akan memberikan kami bantuan duit buat bikin rumah (eh jebulnya... titenono kowe le ojo ngarep2 tak coblos..). Ditengah asyiknya kami membicarakan janji manis tiba-tiba lewatlah seorang laki-laki untuk mudahnya kita sebut Paijo. Teman sebelah saya kemudian berkata.." wah paijo setelah gempa jadi kaya lho mas...". Saya pun menjawab setengah bertanya "lho memang rumah paijo berapa? apa iya nanti dia akan dapat ganti sebanyak rumahnya dikalikan rp?" 'Oh..tidak mas" jawab temanku dengan santainya sambil meneruskan perkataannya, " lha paijo itu saudaranya cuma satu kemaren mati, jadi warisannya jatuh ke dia semua" trembelane cah siji iki.. Segera kuambil rokok untuk menutupi senyumku.
Lebih baik malu
Setelah gempa yang besar, masih banyak gempa-gempa susulan yang terjadi dan itu tetap membuat kami panik karena trauma. Setelah gempa di pagi hari jam enam kurang tiga menit selama 54 detik itu terjadi maka kami yang masih diberi Alloh waktu untuk bertobat dan mengambil hikmah dari bencana itu pun pada berlarian keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Di tengah rasa sukur karena kami selamat dan rasa deg-degan yang masih mendera tiba-tiba tetanggaku berteriak "wei.. mas paijo lali ora kathokan.". Eh ternyata tetangga kami yang namanya paijo saking paniknya dia langsung berlari menyelamatkan diri sewaktu mandi. Jadi dengan jelaslah mas paijo telanjang lonjong (karena laki-laki). Dengan malu yang sangat, kemudian berlarilah mas paijo masuk ke kamar mandi.
Dan tiba-tiba BRAAAAK.. dan kami pun langsung berlari ke arah rumah mas paijo. Yang terdengar adalah lolongan menyayat hati memohon pertolongan. Ternyata saking malunya mas paijo dengan sepenuh kekuatan menutup pintu kamar mandinya, dan dia lupa kamar mandinya tidak lagi sekokoh yang dulu. Walhasil mas paijo jatuh tertimpa reruntuhan kamar mandi akibat kekuatannya menutup pintu. Maka segera digotonglah mas paijo karena luka di kepala dengan tetap... telanjang lonjong.
Sudahlah, sudah malam dan sekarang tanggal 27 mei 2009. Tepat tiga tahun yang lalu gempa bantul terjadi. Aku mau berdoa bagi mereka yang diambil Alloh dan dimasukkan surganya tanpa dihisab. Dan relawan yang baik hati, yang datang entah dari mana teman-teman di malang yang sealu memenuhi kebutuhan kami di mbantul kuucapkan terima kasih. Cerita ini untuk kalian. ALLOH melindungi kita semua. Amieeen.
Original by raden mas maskun
salam kenal sob :)
BalasHapusaminnnnn :)
salam kenal juga kang shudai... aku sudah nengok web sampeyan. sip..
BalasHapus